Netranews.co.id, Sumenep – Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Sumenep, Jawa Timur, kerahkan 39 petugas kesehatan hewan untuk bersiaga menangani penyakit yang menyerang ratusan sapi ternak warga. Senin, 6 Januari 2024.
Sebelumnya, sekitar 40 ekor sapi ternak milik warga Desa Prancak, Kecamatan Pasongsongan, Kabupaten Sumenep dikabarkan mati terkena wabah penyakit misterius, dan ratusan sapi yang diduga terjangkit dijual dengan harga miring.
Berdasarkan keterangan salah satu peternak, Naufil Hasbie menuturkan bahwa sapi miliknya juga terjangkit penyakit yang tidak diketahui jenisnya. Selama beberapa hari sapi milik dia mengalami kondisi yang tidak seperti biasanya.
“Ciri-cirinya nafsu makan kurang, keluar busa dan batuk,” kata Naufil.
“Ada sekitar 150 ekor sapi punya warga disni yang dijual. Kalau tidak dijual mereka hawatir sapinya mati. Tapi dijualnya dengan harga tak normal.” tambahnya.
Menanggapi hal itu, Pemkab Sumenep langsung mengerahkan petugas dari DKPP Sumenep untuk memeriksa dan mengobati semua sapi-sapi ternak warga setempat.
Kepala DKPP Sumenep, Chainur Rasyid mengatakan para petugas langsung bergegas ke lapangan, serta menyuntikkan obat dan vitamin pada sapi.
“Hasil pemeriksaan saat ini masih di laboratorium provinsi, namun berdasarkan gejalanya lebih mendekati ke virus BEF (Bovine Ephemeral Fever, red),” kata Inong sapaan akrabnya, saat dikonfirmasi, pada Senin (06/01).
Ia mengimbau agar para peternak terus membersihkan kandangnya dan tidak mendatangkan sapi baru selama musim pancaroba, serta tidak lupa menyemprotkan disinfektan.
“Rumput yang dijadikan pakan juga harus diperhatikan agar tidak terjadi kembung pada sapi,” tandasnya.
Ia juga menegaskan agar masyarakat tidak ragu untuk menghubungi petugas ditempatkan di Kecamatan jika ada gejala sakit pada ternaknya.
Hingga saat ini, kata dia, pihaknya terus memantau perkembangan di lapangan melalui petugas yang dikerahkan, baik di desa terdampak maupun desa lain yang berpotensi terjadi hal serupa.
“Saat ini sudah tidak ada kematian, kemarin itu sudah selitar 40 ekor yang mati, yang sakit sekitar seratus lebih, tapi yang sembuh sudah sekitar 80 ekor,” pungkasnya. (Dim/red)