Oleh : Moh Mahsun Al Fuadi,
Mahasiswa Fisip Unija
Netranews.co.id – Dalam kehidupan tentu kerap kali dengan adanya perubahan yang bersifat kecil atau besar. Tak terkecuali perubahan yang ke arah modern atau yang kita sering sebut dengan Disrupsi Digital. Acap kali kita mendengar tantangan kedepan yakni kita akan hidup berdampingan dengan digital dan akan menjadi kebutuhan primer kita selain pangan, yaitu dengan adanya AI (Artificial Intelligence), ML (Machine Learning) dan hal yang bersifat teknologi.
Berdasarkan Berita Resmi Statistik No. 02/01/3529/Thn. XXII, 04 Januari 2023. Kabupaten Sumenep yang memiliki IPM (Indek Pembangunan Manusia) di bilang cukup stabil mencapai 67,87 persen dengan pertumbuhan IPM tertinggi ke-7 setelah Kabupaten Tulungagung dan tertinggi di Pulau Madura, yaitu tumbuh sebesar 1,24 persen (0,83 poin). Dilihat dari Dimensi Pengetahuannya HLS tahun 2022 di Kabupaten Sumenep mencapai 13,51 tahun yang berarti bahwa anak-anak usia 7 tahun memiliki peluang untuk menamatkan pendidikan hingga lulus D1. Sementara RLS tahun 2022 sebesar 5,93 tahun yang artinya penduduk usia 25+ telah bersekolah hingga kelas 5 atau 6 SD. Pertumbuhan setiap tahunnya memberikan sinyal positif dalam meningkatkan kualitas SDM.
Kabupaten Sumenep memiliki sekitar 13 Perguruan Tinggi yang berada di berbagai penjuru hal ini tentu juga membuktikan usaha menciptakan kualitas SDM inovatif. Yang menjadi dasar pertanyaan apakah setiap tahun lulusan Perguruan Tinggi di Kabupaten Sumenep menciptakan arah inovasi bagi sekitar ? ada beribu ribu Mahasiswa yang lulus per tahun apakah menciptakan dampak pembaharuan ? atau malah menambah angka pengangguran di Kabupaten Sumenep ?.
Digitalisasi tentu memiliki kelebihan dan kekurangan, salah satu kelebihannya kita semakin instan dan mudah untuk meakses informasi dan komunikasi. Terlepas dari kelebihan, kekurangan menjadi indikator utama meskipun memberikan manfaat yang besar pada kehidupan sehari-hari, tapi era digital juga memberikan ancaman tersendiri untuk setiap pihak, yaitu: kelumpuhan analisis, lebih malas secara intelektual, konsumen yang implusif. Indikator tersebut tentu harus di jawab tuntas oleh Mahasiswa.
Mahasiswa tentu harus lebih proaktif dalam menyoal sirkulasi gerakan pembaharuan agar nantinya implementasi dari Tri Dharma Perguruan Tinggi yang menjadi kiblat gerakan mahasiswa bukan sebatas semboyan yang dibicarakan dalam seminar atau warung kopi, tapi ada aksi yang perlu dilakukan dan itu harus berawal dari mahasiswa. Salah satu bentuk pembaharuan yang perlu di lakukan oleh Kabupaten Sumenep yaitu mewujudkan Smart City yang tentunya dalam memformulasikan hal tersebut tidak terlepas dari Akademik (Mahasiswa), Pemerintah (Pejabat), Business (Pengusaha) dan Komunitas (Masyarakat). 4 aspek tersebut harus saling berkaitan untuk mewujudkan Smart City di Kabupaten Sumenep.
Penerapan konsep Smart City bahkan juga menjadi bagian dari rencana pemerintah dalam program “Gerakan Menuju 100 Smart City” sejak 2017 untuk mengatasi masalah urbanisasi, di mana sekitar 83% penduduk Indonesia akan tinggal di daerah perkotaan pada 2045.
Program yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) ini berupaya menghadirkan 100 kota pintar di Tanah Air melalui enam pilar utama yang menjadi dasar pelaksanaan program pengembangannya, yaitu smart governance, smart infrastructure, smart economy, smart living, smart people, dan smart environment.
Hasil survei Oracle Corporation dan ESI ThoughtLab yang bertajuk ‘Solusi Smart City untuk Dunia yang Lebih Baik’ mengungkapkan bahwa seiring dengan meningkatnya transformasi digital, pandemi COVID-19 pada kenyataannya telah mempercepat laju perencanaan pembangunan dan penerapan kota pintar di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Tentu Kabupaten Sumenep harus ikut andil dalam penyelenggaran ini agar menjadi Kota yang menciptakan kualitas SDM yang berbasis aksi bukan hanya angka.
Dilansir dari laman resmi Kominfo ada 24 Kota/Kabupaten yang tercatat mengoptimalisasikan konsep Smart City, diantaranya yaitu; Kabupaten Banyuwangi, Kota Tomohon, Kabupaten Lombok Timur, Kota Samarinda, Kota Bandung dan Kabupaten Sidoarjo, tentu Kabupaten Sumenep harus menjadi bagian dari beberapa kota yang menerapkan tersebut, setidaknya Kabupaten yang katanya penuh dengan SDA dan beragam keindahan dengan sebutan Soul Of Madura menerapkan Smart City tersebut, dan yang harus menjadi garda terdepan untuk menciptakan pembaharuan tidak lain adalah kita yaitu Mahasiswa.