Netranews.co.id, Sumenep – Aliansi BEM(Badan Eksekutif Mahasiswa) Sumenep (BEMSU) menggeruduk kantor Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep demi menyoroti tingginya angka kemiskinan. Kamis, 16 Mei 2024.
Koordinator BEM Sumenep, Moh. Syauqi mengatakan, aksi tersebut didasari dari sejumlah temuan para aktivis terkait tingginya angka kemiskinan di Kabupaten Sumenep yang masih menduduki ke 3 tertinggi se-Jawa Timur.
“Kabupaten Sumenep berada di nomor urut 3 berpenduduk miskin di Jawa Timur, kekayaan Bupati Sumenep, Achmad Fauzi Wongsojudo, mencapai lebih dari Rp18 miliar,” kata Syauqi Lahu, julukan aktivis santri itu, Kamis (16/5/2024).
Syauqi menegaskan, aksi mereka merupakan bentuk kekecewaan terhadap respon Pemerintah Daerah terutama Bupati yang seakan-akan menari di atas ketidakberdayaan rakyatnya.
“Kami meminta kepada Bupati Fauzi, jangan terus menumpuk kekayaan, tetapi juga memikirkan rakyatnya yang hidup dalam kelaparan dan tidak bisa keluar dari belenggu kemiskinan,” tegasnya.
Ia menilai, Bupati Sumenep, Achmad Fauzi tidak melihat kondisi masyarakat secara langsung di lapangan dan hanya mengadakan program formalitas seperti event-event yang kurang berdampak dalam pengentasan kemiskinan.
“Katanya pemerintah itu sukses menurunkan angka kemiskinan di Kabupaten Sumenep dari 20% ke 18%, itu menjadi tanda tanya bagi kami karena melihat fakta di lapangan banyak masyarakat yang tidak tersentuh oleh pemerintah,” tandasnya.
Pihaknya juga menyampaikan dua tuntutan, diantaranya yaitu mendesak Pemerintah Kabupaten Sumenep untuk segera mengevaluasi seluruh data-data bansos yang ada di Sumenep.
“Dan juga Bupati itu segera turun langsung mengkroscek ke lapangan bagaimana kondisi di lapangan terkait kemiskinan,” pungkasnya.
Dalam aksi tersebut, massa aksi sempat hendak ditemui oleh perwakilan Pemkab Sumenep, yaitu sekretaris Bappeda Sumenep, Alkaf, namun massa aksi enggan berdialog jika bukan dengan Bupati sebagai pemangku kebijakan tertinggi di Kabupaten.
Aksi tersebut kemudian diakhiri dengan pernyataan sikap aliansi BEMSu yang menilai Bupati Gagal menjalankan tugasnya, serta secara simbolis menyegel Kantor Pemkab Sumenep karena tidak ditemui Bupati. (Dim/red)