Netranews.co.id, Sumenep – Kabupaten Sumenep sebagai pusat peradaban Madura pada masa silam memiliki banyak destinasi wisata religi dan kebudayaan. Pengunjung baik dari kota yang ada di Pulau Madura atau dari luar ramai berkunjung.
Di antaranya, Asta Tinggi, Masjid Jamik Sumenep, Keraton Sumenep, Museum, Pasarean Makam Joko Tole, Asta Sayyid Yusuf, dan Asta Katandur.
Asta Tinggi
Asta Tinggi merupakan tempat Raja-Raja Sumenep dikebumikan. Letaknya tidak jauh dari pusat kota, berada di sebelah barat daya kota. Masuk dalam administrasi Desa Kebun Agung, Kecamatan Kota Sumenep.
Asta Tinggi setiap hari ramai dikunjungi oleh peziarah dari berbagai penjuru kota yang ada di Indonesia.
Kompleks Asta Tinggi terdiri dari 4 kubah utama. Diantaranya Pasarean Pangeran Panji Pulang Jiwo (1), Pasarean Pangeran Jimat (2), Pasarean Bindara Saod(3), dan Pasarean Pangeran Sultan Abdurrahmana (4).
Setiap kubah atau pasarean tersebut terdapat makam Raja Sumenep yang berjejer dengan keluarga keraton atau tokoh penting lain pada masanya.
Masjid Agung/Masjid Jamik Sumenep
Masjid Agung Keraton Sumenep dibangun sekitar tahun 1779 Masehi dan selesai 1787 Masehi. Arsitektur Masjid Jamik Sumenep adalah Lau Piango, tokoh yang juga membangun Keraton Sumenep, berkebangsaan cina.
Arsitektur Masjid Jamik Sumenep terdiri dari paduan cina, eropa dan bangunan khas Madura masa silam. Seperti tampak pada warna dominan kuning dan hijau.
Warna itu menggambarkan tipikal orang Madura yang tegas namun menjungjung tinggi rasa kemanusiaan.
Asta Sayyid Yusuf
Masyarakat Madura juga sering mengunjungi pasrean makam Sayyid Bin Yusuf Bin Ali Bin Abdullah Bin Al Hasani atau akrab disebut Sayyid Yusuf Talango.
Sayyid Yusuf dikenal sebagai mursyid (pembimbing) tarekat Khalwatiyah. Lahir di Gowa, Sulawesi Selatan pada 3 Juli 1626 dan wafat di Cape Town, Afrika Selatan pada 23 Mei 1699.
Asta Sayyid Yusuf terletak di Desa Padike, Kecamatan Talango, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur. Arah timur dari pusat kota Sumenep.
Makamnya setiap hari tidak pernah sepi dari pengunjung. Para peziarah datang ke sana dengan beragam tujuan. Mulai dari ngalap berkah, ziarah kubur hingga menghabiskan waktu liburan dengan kegiatan positif.
Asta Katandur
Pangeran Katandur juga dikenal sebagai Sunan Paddusan. Ia merupakan sosok pemuka agama yang diyakini telah berjasa di bidang pertanian bagi masyarakat Sumenep.
Nama asli Pangeran Katandur adalah Syekh Achmad Baidhowi. Ia kelahiran Kudus yang kemudian hijrah ke Sumenep untuk berdakwah menyebarkan ajaran Islam. Ia pun wafat dan dikuburkan di Sumenep.
Pemakamannya terletan di Desa Bangkal Kecamatan Kota Sumenep, sekitar 2 Km dari pusat kota.
Keraton Sumenep dan Museum
Wisatawan usai mengunjungi Asta Tinggi biasa juga berkunjung ke Keraton Sumenep dan Musemu. Keduanya terletak pada satu area. Yakni di Jl. Dr. Sutomo No.6, Lingkungan Delama, Pajagalan, Kecamatan Kota Sumenep, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur 69416.
Bangunan Keraton Sumenep sebagian adalah bangunan tua, sementara sebagian telah mengalami pemugaran dan perbaikan.
Dalam komplek Keraton Sumenep terdapat Tama Sare. Pengunjung biasa cuci muka atau sekadar basuh kaki. Konon taman itu tempat istri raja mandi yang bisa menambah aura kecantikan.
Sementara Museum Keraton Sumenep ramai dikunjungi karena ada Al-Qur’an raksasa, memiliki panjang 4 meter dengan lebar 3 meter, dan berat hingga 500 kilogram.
Sampul Al-Qur’an itu terbuat dari kulit kerbau dan bagian kertasnya terbuat dari kertas panoraga. Menurut beberapa ahli, konon katanya Al-Qur’an ini ditulis oleh Sultan Abdurrahman.
Makam Jokotole
Jokotole merupakan putra sareyang Pottre Koneng dan Adi Poday, salah satu penguasa Sumenep yang masyhur diceritakan oleh masyarakat.
Jokotole memiliki nama asli Ario Kudopanule alias Pangeran Saccadiningrat III. Ia dikenal legendaris dengan kuda terbangnya. Kini kuda terbang merupakan simbol utama pemerintahan Kabupaten Sumenep.
Makam Jokotole berada di Kecamatan Manding sekitar 7 km dari pusat Kota Sumenep. (*)