Netranews.co.id, Sumenep – Kabupaten Sumenep, menjadi daerah dengan inflasi year on year (y-on-y) tertinggi di Provinsi Jawa Timur, sejak akhir Juni 2024 lalu. Rabu, 17 Juli 2024.
Dikutip dari laman Badan Pusat Statistika (BPS) Jawa Timur, pada Juni 2024, inflasi y-on-y di Kabupaten Sumenep sebesar 3,24 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 108,48, hal tersebut menjadi tertinggi di Provinsi Jawa Timur dengan inflasi y-on-y sebesar 2,21 persen dan IHK sebesar 106,37.
Menanggapi hal itu, Kepala Bagian Perekonomian Sekretariat Daerah Kabupaten (Setdakab) Sumenep, Dadang Deddy Iskandar mengaku pihaknya terus berupaya mengatasinya, terutama dengan menjaga ketersediaan pangan.
“Kami berkoordinasi dengan berbagai pihak, utamanya di sektor pangan agar masyarakat bisa merasakan bagaimana harga yang sesuai dengan keterjangkauan masyarakat,” kata Dadang, sapaan akrabnya, Selasa (16/07).
Menurutnya, ketersediaan pangan merupakan hal mendasar yang paling dibutuhkan oleh masyarakat, sehingga ketersediaan pangan ini perlu dilakukan.
“Salah satunya melalui Dinas Pertanian, itu dilakukan dengan Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) di beberapa wilayah agar inflasi kita bisa terjaga,” ungkapnya.
Untuk diketahui, CPP adalah persediaan bahan pangan pokok yang disimpan oleh pemerintah dan masyarakat yang dapat dimobilisasi secara cepat untuk keperluan konsumsi maupun menghadapi keadaan darurat dan antisipasi terjadinya gejolak harga.
Hal itu diatur dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 125 Tahun 2022 tentang Penyelenggaraan Cadangan Pangan Pemerintah, dimana CPP berupa pangan pokok yang ditetapkan berdasarkan jenis dan jumlahnya, meliputi beras, jagung, kedelai, bawang, cabai, daging unggas, telur unggas, daging ruminansia, gula konsomsi, minyak goreng, dan ikan.
Selain itu, kata Dadang, untuk menjaga ketersediaan pangan dalam menghadapi inflasi itu, pihaknya juga telah melakukan Operasi Pasar (OP) di beberapa titik, bahkan akan melakukannya sebanyak 4 kali dalam sebulan.
“OP untuk di bulan ini kita akan lakukan lagi, utamanya untuk komoditas-komoditas seperti minyak goreng, gula dan beras,” ujarnya.
Ia menjelaskan, inflasi sendiri biasanya dipengaruhi oleh Supply dan Demand, jadi kalau supply sudah berkurang maka harga akan naik.
Sehingga, pihaknya menekankan agar terus menjaga ketersediaan supply atau stok komoditas yang ada di Sumenep, terutama komoditas pangan.
“Kalau stok ketersediaan komoditas pangan di Sumenep, sejauh ini masih aman,” jelasnya.
Lebih lanjut, Dadang berharap agar masyarakat tetap tenang dan jangan sampai melakukan panic buying agar tidak menyebabkan inflasi berkepanjangan.
“Kami sebagai Pemerintah itu akan hadir untuk terus menjaga ketersediaan, agar inflasi itu juga bisa dijaga,” pungkasnya. (Dim/red)