Netranews.co.id, Sumenep – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep, Jawa Timur, melalui Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DKP2KB) setempat salurkan program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) terhadap kelompok rentan seperti ibu hamil dengan kondisi Kurang Energi Kronis (KEK) serta balita yang mengalami masalah gizi.
Program ini merupakan salah satu instrumen DKP2KB Sumenep untuk menekan angka stunting agar bisa mencapai target, yaitu penurunan prevalensi hingga di bawah 10 persen untuk tahun 2025. Sasaran utama PMT tahun ini mencakup kelompok rentan, terutama ibu hamil dengan kondisi Kurang Energi Kronis (KEK) serta balita dengan masalah gizi.
Fokus utama program ini adalah intervensi gizi pada periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dimana masa ini dianggap paling menentukan pertumbuhan anak. Sehingga pemberian makanan tambahan pada periode tersebut berdampak jangka panjang terhadap kesehatan dan perkembangan anak.
Secara detail, data DKP2KB mencatat program PMT telah sukses disalurkan kepada 769 ibu hamil dengan KEK dan 3.784 balita yang di antaranya 1.719 balita bergizi kurang, 936 balita dengan berat badan kurang, dan 1.129 balita kategori “T” atau weight faltering, yaitu anak dengan penurunan laju kenaikan berat badan yang berpotensi mengalami stunting.
Kepala DKP2KB Sumenep, Ellya Fardasah, melalui Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Desy Febryana, mengatakan meskipun bantuan sudah tersalurkan kepada seluruh penerima manfaat hingga September 2025, jumlah penerima masih dapat bertambah dari kelompok tambahan yang ditetapkan melalui kriteria operasional Puskesmas.
“Puskesmas diberi kewenangan untuk memprioritaskan rumah tangga dengan akses pangan terbatas dan wilayah dengan prevalensi stunting tinggi. Dengan begitu, bantuan benar-benar menyasar kelompok yang paling membutuhkan,” kata Desy.
Ia menjelaskan, bantuan PMT dibagi menjadi dua jenis, yakni PMT Pemulihan dan PMT Penyuluhan dimana seluruh bahan pangan bersumber dari produk lokal dan pengadaan dibiayai melalui Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Puskesmas yang bersumber dari Dana Alokasi Umum (DAU) tahun 2025 sebesar Rp3 miliar.
Ia menambahkan untuk balita dengan gizi kurang, gizi buruk, dan stunting, pemerintah menyalurkan Pemberian Konsumsi Makanan Khusus (PKMK), sementara ibu hamil dengan KEK dan anemia memperoleh tambahan susu untuk meningkatkan asupan energi dan protein.
“Program ini bertujuan meningkatkan status gizi melalui konsumsi makanan bergizi seimbang berbasis bahan pangan lokal. Kami berharap langkah ini menekan angka gizi kurang, gizi buruk, dan stunting,” jelasnya.
Ia menambahkan, pemanfaatan bahan pangan lokal menjadi ciri khas program PMT. Produk seperti beras, ikan, tempe, sayuran, buah, dan umbi diprioritaskan.
“Dengan memberdayakan potensi pangan lokal, masyarakat akan lebih mudah menjaga asupan gizi keluarga sehari-hari,” ucapnya.
Program PMT tidak hanya fokus pada distribusi makanan tambahan, namun juga memperkuat peran keluarga dan masyarakat dalam memantau pertumbuhan anak. Selain itu, sistem pencatatan dan pelaporan kini terintegrasi melalui aplikasi SIGIZI dan e-PPGBM agar data pertumbuhan anak dapat dipantau secara cepat dan akurat oleh tenaga kesehatan.
Lebih lanjut, Desy mengungkapkan, dalam empat tahun terakhir, angka stunting di Sumenep menunjukkan tren penurunan signifikan. Tahun 2021, prevalensi stunting tercatat 29 persen. Angka itu turun menjadi 21,6 persen pada 2022, kemudian menjadi 16,7 persen pada 2023.
Menurutnya, posisi Kabupaten Sumenep sudah mendekati target nasional di bawah 10 persen, melihat data pada awal 2025, angka stunting berada di level 11,2 persen. Meski masih ada selisih sekitar empat poin persentase, Pemkab Sumenep optimistis target tersebut dapat tercapai dalam waktu yang tersisa.
“Kami melihat tren penurunan stunting cukup konsisten. Dengan memperkuat intervensi gizi seperti PMT, target di bawah 10 persen sangat mungkin dicapai,” kata dia menjelaskan.
Ia menambahkan, pihaknya juga menggandeng berbagai pihak untuk memperluas jangkauan program. Perangkat desa, kader posyandu, serta organisasi masyarakat dilibatkan untuk memastikan seluruh sasaran menerima layanan gizi dengan baik.
“Dengan kombinasi intervensi gizi, partisipasi masyarakat, sistem pencatatan terintegrasi, dan dukungan anggaran yang memadai, Program PMT 2025 diharapkan dapat mempercepat penurunan stunting di Kabupaten Sumenep,” pungkasnya.
DKP2KB Sumenep berkomitmen memperkuat pelaksanaan program ini sebagai langkah strategis untuk mewujudkan generasi yang lebih sehat, cerdas, dan bebas stunting. (Dim/red)
