Oleh : King Abdul Rahem
Netranews.co.id – Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, benar adalah kesesuaian sebagaimana adanya (seharusnya), betul, tidak salah, dapat dipercaya (cocok dengan keadaan yang sesungguhnya), tidak bohong. Maka, lawan kata dari benar adalah salah yang berarti tidak sesuai sebagaimana adanya, tidak dapat dipercaya (tidak cocok dengan yang sesungguhnya, bohong.
Sebagai makhluk istimewa, Allah SWT telah membekali manusia dengan seperangkat alat untuk menemukan sekaligus merasakan sebuah kebenaran, yakni dengan akal pikiran. Artinya, benar atau salah ditentukan oleh sejauh mana akal pikiran manusia difungsikan untuk mengetahui, mempelajari, meneliti dan menyimpulkan sebuah kebanaran.
Nah, sementara kita fokus pada akal. Syaikh Islam Ibnu Taimiyah mengatakan :
“ Akal tidaklah bisa berdiri sendiri, akal baru bisa berfungsi jika dia memiliki naluri dan kekuatan sebagaimana mata bisa berfungsi jika ada cahaya. Apabila akal mendapatkan cahaya iman dan Al-Qur’an barulah akal bisa seperti mata yang mendapatkan cahaya matahari. Jika tanpa cahaya tersebut, akal tidak akan bisa melihat atau mengetahui sesuatu.” (Majmu’ Fatwa, Ibnu Taimiyah).
Akal merupakan sarana untuk berpikir untuk memahami kebenaran. Dalam Al-Quran yang menegaskan bahwa akal merupakan sarana untuk memahami kebenaran mutlak dari Allah SWT, umumnya kalimat yang digunakan adalah afala ta’qilun (tidakkah kamu berpikir/tidakkah kamu memikirkannya).
Salah satu ayat yang dimaksud adalah surat Al-Baqarah ayat 44 yang artinya, “Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca al-Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu berpikir?” (QS. Al-Baqarah : 44).
Maka akal manusia menjadi tumpuan dalam segala hal, baik dalam hubungan manusia dengan manusia maupun dengan manusia dengan Allah SWT. Akal adalah alat penentu dari sebuah penilaian yang didasarkan pada pengetahuan/ilmu dan kejernihan dalam menggunakan akal (berpikir).
Dalam teori filsafat bahwa sesuatu dianggap benar apabila suatu pernyataan itu koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Proporsi cenderung benar jika proposisi tersebut dalam keadaan saling berhubungan dengan proposisi-proposisi lainnya yang benar, atau makna yang dikandungnya dalam keadaan saling berhubungan dengan pengalaman kita. Biasanya, kita mengatakan orang berbohong dalam banyak hal dan kita mengetahuinya dengan cara menunjukkan bahwa apa yang dikatakannya tidak cocok dengan hal-hal lain yang telah dikatakannya atau dikerjakanya.
Bila kita menganggap bahwa “Semua manusia akan mati” adalah suatu pernyataan yang benar, maka “Si Fulan adalah seorang manusia dan ia pasti akan mati” adalah pernyataan yang tentunya pasti benar (tidak mungkin salah) sebab pernyataan kedua ini konsistent dengan pernyataan pertama. Contoh kebenaran koherensi ini banyak ada dalam matematika karena matematika adalah ilmu yang disusun atas dasar beberapa dasar pernyataan yang dianggap benar, yaitu aksioma.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), aksioma adalah pernyataan yang dapat diterima sebagai kebenaran tanpa pembuktian. Contoh 1+1 = 2 adalah benar, dan kebenarannya tidak perlu dibuktikan lagi. Artinya sebagai konsekuaensi logis bahawa siapapun dan dengan disiplin keilmuan apapapun akan mengatakan benar jika 1+1 = 2.
Aksioma dasar dalam geometri antara lain: 1). Jika ada dua titik saling melalui, maka hanya akan dapat membuat garis; 2). Jika ada garis dan bidang, maka garis tersebuat ada pada bidang itu sendiri; 3). Jika ada tiga titik yang saling melalui, maka hanya akan membentuk bidang.
Kesimpulanya, Aksioma yaitu suatu pernyataan yang diterima sebagai kebenaran dan bersifat umum, tanpa memerlukan pembuktian, Karena memang benar adanya sebagaimana arti benar diatas.
Benar juga sama halnya dengan kebenaran Al-quran. Tidak ada satu ayatpun yang bertolak belakang dengan definisi benar, bahwa Al-quran sesuai sebagaimana adanya (seharusnya), betul, tidak salah, dapat dipercaya (cocok dengan keadaan yang sesungguhnya), tidak bohong.
Saking benarnya Al-quran sebagai sumber dan pedoman pemeluknya, Allah SWT menantang kepada siapapun seperti dalam Surat Al-Baqarah Ayat 23
وَإِن كُنتُمْ فِى رَيْبٍ مِّمَّا نَزَّلْنَا عَلَىٰ عَبْدِنَا فَأْتُوا۟ بِسُورَةٍ مِّن مِّثْلِهِۦ وَٱدْعُوا۟ شُهَدَآءَكُم مِّن دُونِ ٱللَّهِ إِن كُنتُمْ صَٰدِقِينَ
Artinya : Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.
Itulah Aksioma Akal dan Kebenaran. Maka gunakanlah akal untuk menerima nilai-nilai kebenaran, janganlan menfitnah dan mencaci maki dengan mengatakan 1+1 = 3, = 4 dan seterusnya, hanya karena rasa gengsi, benci dan sakit hati, sebab itu hanya kekonyolan belaka.
Wallahu A’lam Bisshawab
Pangkeng Kona Torbang, 25/02/2023
*King Abdul Rahem adalah ABD. RAHEM. Sarjana Matematika STKIP PGRI Sumenep. Kontributor RCTI, MNCTV, GTV, iNewsTV Wilayah Sumenep. Santri Nahdlatul Ulma