Netranews.co.id, Kota Malang – Aksi Global Climate Strike (GCS) yang diikuti aktivis, komunitas pelajar, mahasiswa pekerja dan warga merupakan bentuk protes akan kerusakan lingkungan. Sabtu, 16 September 2023.
Ratusan massa itu menggelar unjuk rasa secara serentak di belahan dunia termasuk di Indonesia mengingat situasi iklim yang makin krisis dan berbagai problem kerusakan lingkungan.
Problem lingkungan itu diantaranya, pembangunan pembangkit panas bumi atau geothermal yang ada di kabupaten Malang yaitu di desa Jabung, pencemaran lingkungan akibat pengolahan limbah B3 di area masyarakat Lakardowo Mojokerto, Mengare Gresik yaitu kenaikan muka air laut yang ada di pesisir utara jawa timur dan persoalan lingkungan lainnya yang terjadi di Malang.
Aksi ini dilakukan dengan melakukan Long March dari Parkir barat stadion Gajayana menuju bundaran tugu balai kota dengan membawa spanduk berukuran panjang, poster, dan giant Flag guna menyuarakan tuntutan mereka.
Salah satu perwakilan warga, Sutamah, menyampaikan bahwa di rumahnya ada perusahaan pengolah limbahbahan beracun dan berbahaya (B3) yang telah menvemari lingkungan disana.
Bahkan, tak sedikit warga yamg terkena dampaknya, seperti penyakit kulit lantaran sumber air mereka terkontaminasi limbah tersebut. Karena itu ia meminta pemerintah lekas bersikap agar tidak timbul korban lagi.
“Pemerintah untuk mengkaji dan melaksanakan pemulihan kondisi lingkungan di Lakardowo dan mendorong PT PRIA untuk tidak lagi melakukan pengolahan limbah B3 di area yang dekat dengan kawasan pemukiman masyarakat yang mengakibatkan warga menderita penyakit kulit akibat kontaminasi limbah di tanah dan sumber air masyarakat serta polusi udara hasil pembakaran limbah B3”. ujar Sutamah yang merupakan warga Lakadarwo, Mojokerto.
Sementara, perwakilan dari Malang, Jibon warga Desa Jabung Kabupaten Malang, menyatakan menolak pembangunan pembangkit panas bumi di tempat tinggalnya. Menurutnya, perusahaan yang akan beroperasi di sana, tidak transparan dan minim sosialisasi tentang aktivitas tersebut, warga desa Jabung juga mengkhawatirkan soal dampak lingkungan dan keringnya sumber air jika pembangkit panas bumi itu telah beroperasi. “Warga berharap proyek pembangkit panas bumi itu bisa dihentikan jika tidak membawa manfaat bagi masyarakat.” jelasnya
“Sebagai anak muda, kami ingin masa depan kami dan generasi berikutnya tidak sengsara akibat dampak dari krisis iklim. Setidaknya dimasa mendatang kami masih bisa minum air bersih, menghirup udara segar dan makan makanan yang sehat. Kami berharap agar pemerintah serius dalam penanganan krisis iklim.” kata salah satu aliansi GCS, Khilmi. (Ris)