Netranews.co.id, Sumenep – Warga Kecamatan Batang-Batang, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, tuding oknum tenaga kesehatan Puskesmas setempat lakukan malapraktik setelah anaknya yang baru lahir meninggal dunia usai melakukan tes Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK), pada Senin (20/112023) lalu.
Kronologi kejadian diceritakan berawal dari Rumnaini warga Dusun Mojong, Desa Tamidung, Kecamatan Batang-Batang, yang habis melahirkan anak keduanya pada Rabu (15/11) di Puskesmas setempat, lalu diperkenankan pulang bersama bayinya pada pagi harinya sekitar pukul 09.00 WIB.
Selanjutnya, Ibu baru melahirkan dan bayinya itu kembali ke puskesmas tersebut untuk melakukan cek laboratorium terkait kestabilan tubuh si bayi yang belum genap berumur satu minggu tersebut pada hari Sabtu (18/11) berikutnya dan bayi dinyatakan dalam kondisi sehat.
Singkat cerita, pada Sabtu malam setelah pulang dari Puskesmas guna melakukan tes SHK di Puskesmas Batang-Batang guna pengambilan sampel darah, bayi tersebut tiba-tiba mengalami drop dan demam hingga membuat kedua orang tuanya panik dan kembali membawanya ke Puskesmas.
Alhasil, Puskesmas merasa tidak mampu menangani penyakit yang diderita bayi tersebut dan merujuknya ke Rumah Sakit Islam Garam Kalianget (RSI GK), Kabupaten Sumenep. Namun, lantaran RSI GK juga tidak mampu, keluarga merujuk korban ke rumah sakit di sampang.
Nahas, pada Senin malam di tengah perjalanan menuju Kabupaten Sampang Bayi yang baru lahir tersebut harus meregang nyawa terlebih dahulu saat perjalanan baru sampai di Kabupaten Pamekasan.
Keluarga korbanpun mengalami duka mendalam atas kehilangan putranya yang belum.genap seminggu lahir ke dunia tersebut.
Setelah kejadian tersebut, keluarga korban kemudian menyalahkan praktik yang diduga dilakukan oknum nakes di Puskesmas Batang-Batang hingga akan dilanjutkan lewat jalur hukum dengan tudingan adanya malapraktik oleh oknum terkait.
Di lain pihak, Kepala Puskesmas Batang-Batang, Fatimatus Insaniyah membenarkan adanya pemeriksaan oleh pihaknya terhadap bayi yang meninggal itu.
Namun, ia mengatakan pihaknya telah melakukan tugasnya sesuai prosedur dan seluruh tenaga kesehatan (nakes) di puskesmas juga tersertifikasi dengan berbagai surat seperti pendelegasian wewenang klinis dan Surat Izin Praktik Perawat (SIPP).
“Cara pengambilan sampelnya untuk SHK juga sudah betul, setelah diambil sampel dari tumitnya langsung ditutup dengan alkohol set dan dilekatkan hypafix,” kata Kapus Batang-Batang.
Pihaknya menyatakan bahwa bayi tersebut sakit hingga meninggal dunia bukan disebabkan karena kesalahan saat pemeriksaan, melainkan karena penyakit pnemonia yang menjangkit saluran pernapasan.
“Bisa ditanyakan langsung ke RSI Kalianget, itu ada infeksi, ada Pnemonia kata dokter di sana, dr. Anita Spesialis Anak,” tegasnya.
“Jadi kematian bayi tersebut bukan karena SHK, SHK itu tidak ada efek samping, sudah banyak bayi yang dilakukan SHK,” pungkasnya.
Dikonfirmasi terpisah, pihak RSI Garam Kalianget melalui Humasnya, dr. Yanti membenarkan bahwa bayi Rumnaini memang sempat dirujuk ke rumah sakitnya namun dirujuk kembali ke rumah sakit sampang.
“Ya benar. Tapi karena memang kami tidak memiliki alat untuk penanganan lebih lanjut, kamu menyarankan untuk dirujuk ke RS Sampang,” kata Yanti.
Ditanya soal infeksi yang diklaim oleh Kapuskesmas Batang-Batang, Yanti mengaku belum menanyakan dokter yang merawat bayi tersebut.
“Yang tahu itu ya dokter yang merawat, kami belum sempat bertemu dengan dokter yang menanganinya,” pungkasnya. (Dim/red)