Netranews.co.id, Sumenep – Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DKPPKB) Sumenep, Jawa Timur, mengimbau masyarakat setempat agar tidak mengucilkan penderita Human Immunodeficiency Virus atau Acquired Immuno-Deficiency Syndrome (HIV/AIDS). Sabtu, 9 November 2024.
HIV/AIDS merupakan salah satu penyakit berbahaya yang masih belum ditemukan penyembuhannya, DKPPKB Sumenep pun telah mendata sekitar 73 kasus positif HIV/AIDS yang menjangkit warga setempat.
Pemerintah Daerah sendiri juga telah menyediakan pemeriksaan, perawatan hingga pengobatan secara gratis selama seumur hidup bagi penderita penyakit berbahaya tersebut.
- Jangan Kucilkan Penderita HIV/AIDS
Kepala DKPPKB Sumenep melalui Kabid Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, Achmad Syamsuri menyatakan bahwa penderita HIV/AIDS wajib dirahasiakan identitasnya.
“Itu sudah diatur di Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, dan Pasal 16 Kode Etik Kedokteran Indonesia tahun 2012. Tujuannya agar penderita tidak dikucilkan dan dibuli,” ujarnya, pada Jum’at (08/11).
- Tidak Perlu DiisolasiÂ
Bahkan, kata dia, penderita HIV/AIDS juga tidak memerlukan ruang isolasi untuk perawatannya, kecuali penderita memiliki penyakit lain yang juga menular.
“Jadi penderita itu setiap bulannya melakukan check up ke Puskesmas sambil mengambil obat yang sudah disediakan. Identitas mereka dirahasiakan, jadi tetap bisa bergaul dan termotivasi untuk terus mengobati dirinya,” ungkapnya.
- Penularan Hanya melalui Kontak Langsung
Selain itu, pihaknya mengimbau kepada masyarakat agar tidak phobia terhadap penderita HIV/AIDS. Karena, kata dia, penularan HIV/AIDS itu tidak terjadi melalui udara ataupun nongkrong bersama, melainkan kontak langsung.
“Penularan HIV/AIDS itu hanya ada tiga, yaitu melalui hubungan seksual, penggunaan jarum suntik bekas yang biasanya dipakai pengguna narkoba, serta transfusi darah atau darah dari luka. Jadi kalau cuma nongkrong dan bersosial tidak masalah,” jelasnya.
- Hoaks Tentang HIV/AIDS Menjadi Phobia Masyarakat
Achmad Syamsuri juga menyebut bahwa pemahaman masyarakat saat ini masih terpengaruh oleh isu-isu hoaks tentang penularan HIV/AIDS. Bahkan masyarakat tidak jarang mengucilkan Orang dengn HIV/AIDS (ODHA/ODHIV).
“Kerahasiaan identitas itu agar masyarakat tidak phobia dan menjauhi ODHA/ODHIV. Itu juga biar penderita bisa bersosial secara normal dan termotivasi untuk terus berobat,” ujarnya.
Menurutnya, masyarakat masih berasumsi bahwa penularan HIV/AIDS itu bisa terjadi melalui berinteraksi dengan ODHA/ODHIV.
“Padahal HIV itu ditularkan oleh cairan tubuh tertentu seperti asi, darah, sperma, cairan vagina, cairan anorektal dan ASI. Itupun menular jika masuk ke pembuluh darah melalui jaringan kulit seperti luka,” ungkapnya.
Ia mengungkapkan, phobia masyarakat ini juga masuk dalam kategori yang rumit. Meskipun, kata dia, kewaspadaan itu memang penting, namun pemahaman masyarakat mengenai penularan HIV/AIDS itu tidak boleh menjadi alasan mereka menjauhi dan mengucilkan penderita.
“Salah satu contohnya biasanya masyarakat itu memahami bahwa berbagi alat makan, alat mandi dan pakaian itu menularkan, padahal itu tidak menularkan,” ungkapnya.
Oleh karena itu, ia mengimbau agar masyarakat tetap menjadi teman, tetangga dan keluarga yang sama-sama mendukung para penderita agar tidak putus asa.
“Jadi saya mengimbau kepada masyarakat, misalnya ada temannya atau tetangganya yang terjangkit HIV/AIDS itu jangan dijauhi dan jangan dikucilkan, tetap bersosial seperti biasa,” tutupnya. (Dim/red)