Netranews.co.id, Sumenep – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep, Jawa Timur, terus berupaya semaksimal mungkin mengatasi fluktuasi keberadaan stunting yang dialami masyarakat di wilayahnya. Jum’at, 6 Desember 2024.
Dilansir dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronis. Kondisi ini ditandai dengan tinggi badan anak yang lebih pendek dibandingkan dengan anak seusianya.
Gangguan kesehatan ini menjadi atensi pemerintah mulai dari pusat hingga daerah, tidak terkecuali Pemkab Sumenep melalui Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DKPPKB) setempat yang terus berupaya mencegah terjadinya stunting.
Kepala DKPPKB Sumenep, Ellya Fardasah melalui Kabid Kesehatan Masyarakat (Kesmas), Desy Febryana mengatakan pihaknya telah sukses menurunkan angka stunting dan juga terus berupaya mencegah terjadinya kasus baru di masyarakat.
“Stunting itu kan fluktuatif ya, jadi setelah di sebelah sini sudah bebas dari stunting lalu muncul lagi di sebelah sini. Makanya sekarang kami fokus pada pencegahan agar tidak terjadi kasus baru-baru lagi,” kata dia saat dikonfirmasi melalui WhatsApp, pada Jum’at (06/12).
Ia memastikan bahwa pencegahan stunting itu dilakukan sejak dini, bahkan sejak remaja, calon pengantin (catin) hingga melahirkan, terutama bagi perempuan karena mereka yang akan melahirkan bayi yang berpotensi stunting.
“Jadi kita lakukan dari remaja, terutama remaja putri itu wajib mengkonsumsi tablet penambah darah. Kita sudah koordinasi dengan sekolah-sekolah untuk itu,” kata dia menjelaskan.
“Kita juga ada pemeriksaan catin di Puskesmas se-Sumenep seperti mengukur lingkar lengan mereka. Jadi lingkar lengan mereka tidak boleh di bawah 23,5 cm yang disebut KEK (Kekurangan Energi Kalori, red),” sambungnya.
Sebab, kata dia, catin yang mengalami KEK itu berpotensi akan melahirkan bayi yang kesehatannya terganggu hingga stunting.
Selain itu, lanjutnya, pemeriksaan itu juga dilakukan kepada ibu hamil agar tidak mengalami KEK.
“Kalau misalnya terdeteksi mengalami KEK, kami akan memberikan program yang namanya Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan kepada ibu-ibu hamil,” ungkapnya.
Di samping itu, pihaknya juga bekerjasama dengan Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) untuk memenuhi kebutuhan gizi untuk balita melalui program Samper Alenteng.
“Program ini memberikan edukasi kepada keluarga-keluarga dan memberikan bantuan susu kepada bayi-bayi untuk mencegah stunting,” jelasnya.
Ia bersyukur karena upaya-upaya yang dilakukan itu membuahkan hasil dan sukses menurunkan angka stunting.
“Alhamdulillah melalui intervensi Dinkes angka stunting saat ini menurun. prosentase stunting tahun 2023 sebesar 4,5 persen, sedangkan di tahun 2024 hingga bulan November, prosentase stunting sebesar 3,3 persen. Turun 1,2 persen,” kata dia lebih lanjut. (Dim/red)